Wednesday, August 11, 2004

WATCHING: Buruan Cium Gue!

Gue nggak punya harapan banyak dari awal karena ini film berondong abis. Dan yang nulis skenario, Ve Handojo, juga udah pernah bilang kalo ini proyek komersial (benar kan, Ve?). Filmnya sendiri diangkat dari sinetronnya, ABG, yang sampe sekarang masih tayang di salah satu stasion tv swasta dan sekalipun belom pernah gue tonton. Jadi, ya, gue nonton film ini karena yang menulis skenarionya adalah teman gue sendiri. Kalo nggak, jujur, gue nggak bakalan tertarik.

Jadi, setelah Kathy selesai facial dan dengan muka penuh totolan kuning yang keukeuh nggak mau dihapus, dan diantar Rommy yang nggak ikut nonton, kita berangkat ke Blok M Plaza. Di sana Ve dan Heru sudah menunggu.

Yang pertama ganggu gue adalah suaranya yang mendem persis radia MW. Kata Ve, film ini di-shoot dengan film ukuran, nah lo gue lupa, terus di-transfer ke 35 mm. Proses transfer ini membuat suara jadi tidak surround dan stereo. Pemecahannya adalah sulih suara alias dubbing, tapi itu berarti biaya maka pilihan itu nggak diambil.

Duh, miris gue dengernya. Sejak Prambors—termasuk berbagai radio lain—pindah ke FM dan bioskop 21 merajalela akhir 80-an, sejak itu juga telinga kita dibiasakan dengan suara stereo. Apalagi remaja yang besar di tahun 2000-an yang notabene adalah target penonton film ini! Dengan pertimbangan ini aja, nggak pantes rasanya Multivision Plus mengurangi kualitas teknis film. Masa balik ke tahun 80-an?

Hal berikut yang mengganggu adalah latar belakang yang given. Penonton dianggap udah tahu siapa itu, tuh kan, nama tokohnya aja gue udah lupa lagi, karena ada sinetronnya. Ini sih cuma semakin mengalineasi penonton remaja yang kebetulan nggak atau jarang menonton sinetron ABG, apalagi gadun—alias oom-oom—seperti gue (ampun deh, nggak kuat gue ngebayangin gue dianggap oom-oom).

Sekarang bahas cerita. Film ini intinya cuma membahas pentingnya arti ciuman dalam hubungan perkasihan di kalangan remaja antara dua orang tokoh utamanya. Cuma diulur-ulur aja dengan menampilkan gaya ABG sekarang yang penuh pesta dan kehidupan bebas. Untungnya cerita nggak berpretensi kayak Eiffel I’m in Love yang dua jaman dan versi extended-nya yang tiga jam. (Ampun deh, serasa Gone with the Wind ato Ben-hur!) Kurang dari sembilan puluh menit dan selesai.

Tapi, ada satu kekuatan film ini, komedinya. Cuma yang bikin gue heran adalah, di bagian gue tertawa—juga Kathy dan Heru, justru penonton terdiam. Sementara saat penonton ngakak, lah, kita cuman bisa lihat-lihatan, “itu Warkop banget bukan?” Tapi gue terhibur abis di bagian-bagian ini:

· Adegan bulan purnama yang bikin penonton terhanyut justru bikin kita ngikik karena bulan itu begitu terasa tempelannya.

· Waktu si brunette yang mukanya seperti Nafa Urbach itu, coba ya, makan pisang sambil mengibas rambut dan memutar kepala. Dasar Ve, lo emang kebanyakan nonton Vivid production!

· Dan lo emang paling bisa aja cari alasan buat cuci mata, huehue… Dimas buka baju bolak-balik? Pesta pantai? Oke deh.

· Highlight lain, topi sarang tawonnya si Hengky, pemeran utama cowok, yang nggak pernah lepas itu. Apaan sih maksudnya? Tenyata sponsor, ya ampun, plis deh. Nggak ada model laen ya?

· Aimee Juliet yang udah bikin kita ngakak karena dengan datar seperti baca berita bilang menjelang film selesai, “Nah, ini baru sensasional!”

Duh, Ve, you waste your talent.

No comments:

Post a Comment