Thursday, November 17, 2005

CARITO MUDIAK KATIGO Lain padang, lain teong

Di Betung onderdil itu nggak ada, sementara itu gue sama abang ipar gue telepon-teleponan (Iklan: Terima kasih untuk Telkomsel yang telah memasang antena pemancar tambahan di pos polisi pengaman mudik) sehingga ketika gue memastikan bahwa barang yang dicari nggak ada di Betung, Bang Eri pun menelepon temannya di Palembang untuk membelikan onderdil itu di sana. Untung barang itu ada, namun biar bagaimana harus diambil di Palembang yang waktu tempuhnya dua jam dari Betung. Sementara hari udah semakin mendekati Maghrib dan kami semua, termasuk kedua keponakan gue yang paling besar, berpuasa.

Akhirnya, kami putusin buat istirahat sejenak dan menginap di Betung. Wono mengantarkan kami ke hotel bernama Penginapan Tetesan Embun. Lepas Maghrib dan berbuka Bang Eri pergi ke Palembang, sementara gue dan kakak gue beserta keponakan-keponakan gue istirahat di hotel. Jam setengah dua, Bang Eri balik dengan mobil udah selesai diperbaiki oleh montir.

Setelah Subuh, perjalanan dilanjutkan kembali. Gue yang nyetir—dan bikin warna kulit lengan gue jadi legam tembaga keren gitu—dan terus nyetir selama 12 jam. Dalam perjalanan, kedua keponakan gue yang paling kecil, Faiqal dan Aydin, masing-masing menanamkan sahamnya dalam upaya pelestarian hutan-hutan di hutan Sumatra Selatan dan Jambi. Ya, bila menggunakan bahasa para bocah ini, mereka teong di tengah huntan. Dan buat mereka, teong itu adalah kebutuhan saat ini yang nggak bisa ditunda. Jadi, kalo mereka minta teong ya, mo di hutan kek, jalan tol kek, ya teong aja. Kakak gue nggak terlalu suka masangin popok pakai buang sehari semalam buat anaknya, paling hanya malam hari aja. Lagian, Aydin juga nggak kelewat suka dipasangin popok kayak itu, dia suka jadi rewel.

Teong adalah kegiatan sehari-hari yang kita kerjain, tapi ada sementara orang yang—sungguh malang—nggak bisa teong secara teratur. Ada yang bermasalah dengan ‘tempat’, seperti beberapa orang teman gue yang nggak bisa teong kalo nggak di rumahnya. Atau, tempat dalam arti, kalo bukan closet duduk, nggak bisa keluar, dan sebaliknya seperti beberapa saudara gue dari kampung yang teteup ngejongkokin closet duduk ketika menginap di rumah gue. Banyak yang lebih rela menahan keinginannya untuk teong berhari-hari daripada harus teong di sembarang tempat.

Kok bisa sih? Kalo gue, seperti kedua keponakan gue tercinta, termasuk orang yang nggak pandang tempat untuk melakukan hajat yang satu ini. Apalagi mengingat pencernaan gue yang super lancar ini, teong bisa gue lakukan lebih dari dua kali sehari. Maklum gue kan rajin makan sayur dan buah di samping empal, soto betawi, gulai kambing dan kawan-kawannya (gue terpaksa memberikan penjelasan tambahan nggak perlu ini karena gue tahu bakal diserang oleh oknum tertentu yang bakal komentar, “kalo rajin teong kok masih errr ... buncit?” Huh!). Tapi mungkin kemampuan gue untuk teong di mana-mana ini tercipta karena gue udah dari kecil terbiasa untuk melakukan hajat keparat ini dalam keadaan darurat. Gimana enggak, tahun 1970-an hingga awal 1980-an, baik di rumah nenek gue di Bonjol (kampung bokap) maupun Taluk (kampung nyokap), belom ada yang namanya WC!

Di Bonjol, yang terletak di daerah perbukitan Bukit Barisan, kalo mau teong, gue harus ke kali kecil di belakang rumah, ato sekalian teong pas mandi di sungai besar yang letaknya agak jauh dari rumah. Jadi nggak mungkin dilakukan kalo kebelet. Nah, lo tahu nggak caranya teong di kali? Hayooo ... belajar, siapa tahu ntar lo mengalami keadaan darurat, jadi udah bisa, hihihi ....

Pertama kali teong di kali, gue inget kalo gue sangat kagok karena gue nggak tahan merendam errr ... maaf, pantat di dalam air yang dingin dan mengalir deras itu. Jadi gue cari batu yang agak tinggi dan jongkok di atasnya dan baru berendam untuk cebok. Tapi hal itu sangat nggak nyaman karena bentuk batu yang bulat menyebabkan arah tembakan kadang gagal mencemplung ke sasaran, yaitu air yang mengalir, sehingga beberapa serpihannya tercecer di bebatuan yang baru gue lihat belakangan ketika gue turun untuk cuci-cuci, bersih-bersih. Hueeeekkk ... sejak itu gue belajar untuk langsung berendam biar nggak meninggalkan jejak di bebatuan dan akhirnya ... sukses. Contoh bisa dilihat foto keponakan gue, Iqbal, yang kebelet waktu kita lagi dalam perjalanan ke kebon coklat bokap gue sehingga mau nggak mau mesti teong di kali.

Sementara di Taluk lain lagi ceritanya. Kampung halaman nyokap gue ini terletak di pinggir pantai. Tanahnya berpasir dan sungainya nggak mengalir deras dan bersih seperti di Bonjol. Airnya cenderung payau. Jadi sungai bukanlah tempat yang biasa dipake orang membuang hajat. Terus, gimana doooong? Errr ... yakin mau tahu? Masih tahan itu perut? Ok, gini caranya.

Mari kita kembali pada suatu masa di akhir 1970-an ketika gue masih kelas satu SD dan sedang mudik ke Taluk dan tinggal di rumah nenek, adek almarhum ayah. Pada suatu pagi yang cerah, matahari baru mengintip dari cakrawala, gue terbangun dan tiba-tiba perut gue mulas dan gue tahu gue harus teong biar itu mulas hilang. Gue bangunin Bang Eri, yang waktu itu masih oom dan belom jadi abang ipar. Bang Eri pergi ke sumur di belakang rumah diikuti gue yang jalan tertatih-tatih megangin perut menahan mulas. Dia timba air dan menuangkannya ke dalam sebuah ember. Kemudian, dia berjalan ke arah kebun di belakang rumah. Sebelumnya, dia mengambil sebilah pacul yang tersandar pada dinding dekat pintu. Di kebun, dia mencangkul tanah yang berpasir hingga kedalaman sekitar dua puluh senti, meletakkan ember di dekatnya dan menengok ke arah gue.

“Nanti panggil abang kalo udah selesai ya,” katanya.

Gue mengangguk sambil buru-buru melepas celana dan jongkok di pinggir lubang. Aaaaaahhhhh ... akhirnya. Dan setelah selesai dan cuci-cuci bersih-bersih, gue pun memanggil Bang Eri. Dia kemudian menimbun lubang itu dan membawa ember kembali ke sumur. Sebelum masuk rumah gue tengok ke arah gundukan tanah yang baru saja gue tinggalin. Gue merasa seperti seekor kucing.

Meong.

51 comments:

  1. Anonymous11:12 AM

    heran deh, teong 5 kali sehari aja masih buncit 9 bulan hihihi...

    trueR

    ReplyDelete
  2. Anonymous11:34 AM

    gue juga heran, kenapa kok beberapa temen kantor gue nggak bisa teong di kantor. jadi mereka nahan supaya teong di rumah...

    aduh, coba kalo rumahnya di tangerang secara kantornya di sudirman, harus nahan teong belum lagi kena macet. nggak kebayang cara nahannya gimana hihihi...

    kalo gue termasuk bisa "leluasa" teong dimana2 (asal jangan di kereta ekonomi ya :P)

    kalo teong ya teong aja
    kayak pengen makan, ya makan aja atau pengen nge sex , ya nge sex aja
    oopppps...

    trueR

    ReplyDelete
  3. huhu asal tempatna bersih teong mah saya gpp :P

    waaa k palembang koq g ngajak2 *halah*
    jd inget masa lalu heuheu...

    btw penginapannya kyana tempatna asik deh...

    pengen ihh jln2 k sumatera...
    lom pernah siy huhuhu

    ReplyDelete
  4. hahahaha...

    jadi ingat jaman kuliah dan lagi seneng jalan-jalan kegunung2. utk urusan ini kan juga nggak bisa ditahan, mana ada WC dihutan?

    satu2nya jalan ya...menggali dan memberi pupuk pepohonan itu, moga2 aja nggak pada mati layu:D

    meong juga :P

    ReplyDelete
  5. TRUE ya seperti gue duga, lo masuk salah satu oknum yang pasti langsung komen hubungan antara teong dan perut. Huh!

    Bilangin ma temen lo, pake pispot aja:P.

    Dan coba yaaa ... ini blog bukan R-rated yaaaa ...

    ReplyDelete
  6. SHOFA kadang justru di tempat kotor itu lagi kebelet trus gimana:D? Asal ada air/tisu kalo buatku akhirnya, hehe....

    Yah, Palembangnya cuma dikitari dari luar aja, nggak masuk ke dalam kota, nggak punya waktu sih. Dulu dah pernah.

    Liburan gih, Sumatra is beautiful;).

    ReplyDelete
  7. MBAK RIA wakakakak... seru banget pengakuannya;). Lah nggalinya pake apa? Emang bawa pacul naek gunung:D?

    Hmmm... udah napak tilas belom, biar bisa dilihat pohonnya masih berdiri ato udah mati:D.

    ReplyDelete
  8. Anonymous12:48 PM

    Rio,
    boleh kasi komen ya...
    Bener2 menggelikan postingannya kali ini... sampe terakhirnya ituloh bikin saya bacanya sambil ketawa. Kok bisa ya spt itu???

    Kapan2 ikut dong kalu mau kesana lagi... boleh kan? Kita beriringan... Saya serius lho Rio

    ReplyDelete
  9. PAK, BU, MBAK, MAS, DEK, tengkyuuu:D. Ya bisa aja, gimana nggak, wong darurat;)? Aku nggak sanggup nahan teong berhari2, wong beberapa jam aja nggak kuat kok, hehe... jadi harus siap di manapun dan kapanpun!

    Jadi mudik ke Sumbar juga? Yuuukk.. Tapi, link-nya mana:D? Gimana caranya?

    ReplyDelete
  10. Ampyun deh... itu foto si pelaku teong posenya nggak senonoh amat... :p

    ReplyDelete
  11. waduh... aku ingat yg menjijikkan. waktu kemah perinagatan hari pramuka di bukit, mereka enggak "mengubur" tapi hanya menjemur. sungguh menjijikkan. kalau kek gini bukan meong.. tapi.. rr.... guguk? :p

    ReplyDelete
  12. BRYT darling, namanya juga pose realis;), gue jepret asli pas dia sedang melakukan, hihihi.... Itu juga udah gue blur untuk mencegah para pedo yang berkeliaran ngincer ponakan2 gue tercinta.

    ReplyDelete
  13. ISNA euuuuuhhh.. kalo itu sih namanya RANJAU. Dan pelakunya lebih dari gukguk! Bales Ranjau lagi aja, hihihi...

    ReplyDelete
  14. Anonymous2:40 PM

    bo...lu tu ye! perkara hajat keparat ajah dibahas panjang lebar. ikh...bener2 deh! males gw

    ergh...tapi gw juga bukan tipe yg bermasalah tuh

    ini yg terakhir yah bo buat postingan ga penting kaya gini

    batak cute

    ReplyDelete
  15. Anonymous2:42 PM

    bo...lu tu ye! perkara hajat keparat ajah dibahas panjang lebar. ikh...bener2 deh! males gw

    ergh...tapi gw juga bukan tipe yg bermasalah tuh

    ini yg terakhir yah bo buat postingan ga penting kaya gini

    batak cute

    ReplyDelete
  16. BATAK 'SOK' CUTE

    Laaaaaahhh... bebas dong ah gue mau bahas apaan, ini blog gue! Kok lo mau ngatur2 hidup gue sih? Tampar yaaaa....

    ReplyDelete
  17. Anonymous4:00 PM

    Itulah...kenapa gue seumur idup kaga pernah berminat ngikutin yang namanya kemah/camping. Wong udah ada WC yang nyaman di rumah, koq mesti mempersulit idup dengan bertelor di bawah pohon, di kali, di semak, dsb...

    Iya ya...*untuk semakin bikin jengkel yg punya blog* koq bisa sih beriwait bernadet sehari 3 kali koq kandungannya belom kempes juga... Mungkin mesti coba akupuntur. Atau dukun beranak :P :P

    ReplyDelete
  18. BASKIN yaaaaaaaa... lo dengan segala pernak-pernik tidur dan toiletris lo yaaaaa... nggak heran kalo nggak bisa teong segala medan:D.

    Yayaya... gue terima celaan lo, ada usulan akupunktur yang sukes;)?

    ReplyDelete
  19. kutukan gw mengena juga yo. secara elo ngelewatin palembang n ga permisi sama gw yang punya tanah. makanya terjadi sesuatu. gyahahaha... lagian betung - palembang ga sampe 2 jam geto loh... heuheuheue....

    ReplyDelete
  20. GOIQ haha... maaf mbah dukun, lupa permisi:D. Yah jarak segitu kan tergantung yang nyetir kale, hehe... Yang punya wilayah dan hafal semua lubang jelas bisa ngebut:P.

    ReplyDelete
  21. Riooo..kok bisa seh lu cerita ttg teong ini... Gw kemaren mau posting hal yang gak jauh beda, eh keduluaaan eluu....:P

    Tapi btw...gw ngga separah elu deh. Untung perut gw mau diajak kerjasama kalo pas lagi pas hiking atau pergi2 ke tempat2 yang tidak memungkinkan begitoh...hihihih

    ReplyDelete
  22. Quoting "legam tembaga keren gitu"

    (gileee teteeep narsis) ;)

    ReplyDelete
  23. bo.. untung gw gak jijikan walopun gw tau lo lg teong di toilet yg notabene deukeut beuneur ma tempat gw lg maksi, huh!! :P
    walopun suka kelayapan ke pedalaman, gw paling gak bisa tuh ngelakuin di sungai hihihi... Kalo mo tau gmana caranya nahan selama 2 hari lo tau kemana bisa konsultasi kan.. :D

    ReplyDelete
  24. Anonymous7:02 AM

    Gilee perjalanan mudik dikau bener2 fantastis.. penuh petualangan cyeegh...
    Btw soal teong dengan fasilitas pacul dan ember gw juga pernah rasain hehehe
    Ckckck ga di swarnadwipa ga di Djawadwipa sama aja acara teong tradisionalnya hwehehehe... ^_^

    ReplyDelete
  25. pantes tanah kampung loe subur, Yo..
    banyak jejak teong loe ya? :))

    ReplyDelete
  26. ULLY haha... tuh kan, emang banyak yang punya masalah sama teong;)? Wah gue sih nggak bisa kayak lo ya, perut gue nggak bisa diajak kerja sama, perut gue adalah bocah manja yang mesti diturutin maunya, hehe... Salah gue juga sih yang suka manjain dengan cheesecake, sate kambing, dan steak. ;)

    ReplyDelete
  27. YAYA adyuh plis deh, narsis itu udah harus jadi gaya hidup, hehe...

    NANA yaaa maaf yaaaa... teong itu hasrat alamiah, dan gimana caranya melawan kekuatan alam:D? Ceilah:D.

    Err... gue rasa gue nggak pengen belajar caranya menahan lama sampe berhari2 karena itu akan menimbulkan bau angin yang bisa bikin pepojonan layu. Dan lo ngaku pecinta alam! Huh!

    ReplyDelete
  28. ARMA haha... percayaa... percuma tampang lo preman kalo bermasalah sama teong pake pacul, hihihi....

    Yah, manusia2 swarnadwipa dan jawadwipa kan teteup bersodara, jadi cara teongnya juga sama... jongkok bukan, hihihi....

    ReplyDelete
  29. CALAMITY

    Amin. Tuhan Maha Adil. Biar nggak banyak gunung berapi kayak di Jawa, tapi kami bangsa Sumatra tahu caranya meningkatkan kesuburan tanah, bahkan di zaman modern ini, wakakakaak....

    ReplyDelete
  30. Duuhh Rio rio..*sambil geleng2 kepala* hanya dari otak kreatifmulah postingan yg awalnya ttg onderdil mobil bisa lgsg switch berakhir dgn mslh teong?!? pls deh (hhmmm ...btw khasanah bhs gw bertambah satu hari ini dgn 'teong'). Talk about hajat manusiawi satu ini, mungkin gw termasuk yg sngat tidak adaptif dlm melakukannya. Susah teong kalo ada di tmpt yg gak biasa. Biar mau di rmh sodara sendiri kek ampe hotel bintang 5 kek..kadang perlu pencahar utk memuluskan prosesnya. uughhh.. gak tau napa. Dulu pdhl waktu sempet idup di hutan jadi instruktur outbound, gw bisa claim bahwa gw paling jago mengkombinasikan sekop plus tissue begitu ada ekspedisi hiking/camping...hiks..Mungkin krn ketrampilan ini udh lama lagi gak digunakan jadi yaa skrg suka sembelit.com gitu lah :)

    ReplyDelete
  31. Gue nggak pernah nyangka kalo baca cerita tentang perteongan bisa sambil ketawa-ketawa. Sinting lo, Yo. :D

    ReplyDelete
  32. APEY hihihi... Abis kalo cerita onderdil lah, gue kan kagak ngerti mobil. Biar kagak setolol cowok di iklan garda oto, karena gue bisa ganti ban mobil yaaa, tapi mesin emang bukan keahlian gue:D.

    Weks, kok bisa gitu? Makan buah dooongg... Sayur juga, jadi lancar, kayak gue, hihihi...

    GIRL Gue sinting? Well, tell me something I don't know darling;).

    ReplyDelete
  33. Huahuuuaaaa, hak brenti aku ketawa sambil megangin perut yang juga pengen teong...Yo bukannya teong itu enak buat lalapan? *nah lho

    ReplyDelete
  34. fotonya itu bikin gw ketawa geli..:D

    ReplyDelete
  35. Anonymous6:18 AM

    yo,,..numpang tanya...PDA ntu paan sih? dari maren PDA mulu dgn tanda seru segambreng...*pasangwajahpolostanpadosa* :D

    ReplyDelete
  36. Anonymous8:12 AM

    hihihi...setelah teong, apa kulitnya tambah lebih legam tembaga?
    doel

    ReplyDelete
  37. UNAI kalo teong yang itu sih aku juga suka:D.

    ADEGHEA hehe... ya, anak 10 tahun emang lucu;), tapi kalo foto oomnya kan bisa menimbulkan efek yang berbeda, huehue....

    ReplyDelete
  38. MOENK Plis Deh Ah:P. PDA aja nggak tahu, hehe...

    DOEL, ya kalo teong jam 12 siang di tengah kali selama 2 jam tentunya yaaaaaaa...:P

    ReplyDelete
  39. Anonymous10:54 AM

    aduh, maaf ya, apa ga ada orang lain yang cocok untuk dipersunting (atau mempersunting?) kakandamu sampe2 paman berubah sifat menjadi abang ipar?

    ReplyDelete
  40. Anonymous10:55 AM

    sori, rio, the last comment is mine.
    -rizal-

    ReplyDelete
  41. BANG RIZAL begini yaa... itu udah jadi pertanyaanku juga:P. Ini udah dibahas kan di postingan Perjodohan yaaa... (Promosi: Baca di edisi Oktober 2004:D) Dan plis deh, kalo orangnya mau ya biarin aja kenapa?

    ReplyDelete
  42. huhahahauahaa.. Rio.. riooo.. benar² bikin gw ngakak baca postingan yg ini hihihiii :))

    ReplyDelete
  43. aku pernah loh ngerasain pup kaya kucing gitu, dulu waktu aku masih balita di tempat opung ku

    ReplyDelete
  44. ERFI hihihi... udah pernah ngerasain belom teong darurat gitu:P?

    ULI wakakaka... tempat opunmu beneran desa namanya kalo masih bisa ngalamin teong ala kucing getoh;). Seru ya:D?

    ReplyDelete
  45. coba fotonya itu fotomuuu ... ;p

    ReplyDelete
  46. Anonymous8:33 PM

    rio, hihihih...postingannya lucu. Nelfa prnh juga ngalamin, pas SD. waktu itu pulang k panti dan terus ke silaping..
    lucu yah,kl d inget2...hhehee

    ReplyDelete
  47. UTHE aduh kalo fotoku anonoh banget, huehue...

    NELFA huehue.. kapan tuh;)? udah gede? waaaaaaaahhhh... :D

    ReplyDelete
  48. Anonymous12:14 AM

    Kalo buat gue seh, sebenernya teong ato boker ini bisa di mana tempat, apalagi kalo dah mendesak. Pas pegi ke Cina sono, toiletnya di bbrp area kayak parit berpintu, jadi aroma dan bentuknya dah kagak keruan. Tapi kalo dah kepepet mau teong...sialnya pas feses tengah encer pulak..ya udah langsung aja. Hasil pembuangan kita ini bisa langsung dilihat oleh orang di bilik sebelah yang lagi ada urusan toilet juga. Namanya juga parit, ngalirlah itu semuanya.

    Jijay jgn tanya...tapi ngutip pernyataan emak gue "loe mau sehat ato mau mules sepanjang jalan, eh?"
    Then I choosed the first one.
    At least tu tempat masi ada pintunya. Bonus tissue dikit.

    ReplyDelete
  49. AIREI tidaaaaaaaaakkk cerita lo bikin gue nggak nafsu makan... banyak huehue... makannya mah teteup!

    Yup gue setubuh sama nyokap lo! Ngapain nahan dan jadi penyakit?

    ReplyDelete