“Beliin ayah kamera dong, Yo,” kata ayah - panggilan semua orang ke bokap dari nyokap gue di acara pengajian waktu syukuran pembukaan toko adek gue beberapa waktu lalu.
Gue bengong. Lah, ngapain juga ayah pengen kamera? Kamera nyokap yang lama kan masih ada. Kenapa nggak pake itu aja sih?
“Sekalian alat untuk mencetaknya,” lanjut ayah.
Lho kok malah tambah aneh-aneh aja sih mintanya. Kok tiba-tiba minta dibukain studio foto sih, sekalian aja minta franchise-nya Fuji Image.
“Ayah pengen motoin turis yang datang ke Monumen Khatulistiwa dan Musem Tuanku Imam Bonjol, terus fotonya dicetak di tempat, jadi bisa langsung dibawa,” jelas ayah.
Oke deh, ide ayah emang paling juaranya udah! Waktu nyokap gue minta orang tuanya—ayah dan ibu—untuk pindah ke Jakarta dari kampung mereka di Kumpulan, Pasaman sana, dan ninggalin pabrik es batu mereka untuk dikelola oleh salah seorang adeknya, ayah gue buka warung kelontong di rumah nyokap di Bekasi dan... sebuah perpustakaan mini! Sekarang, coba tebak buku-buku siapa yang jadi pemasok perpustakaan mini itu?
Buku-buku gue tercinta itu tentunya. Semua buku gue: Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Sapta Siaga, Mallory Towers, Si Badung, Trio Detektif, Asterix dan Obelix, Lucky Luke, Hardy Boys, Nancy Drew, Agatha Christie, Sydney Sheldon, aduuhhh... daftar ini bisa tambah panjang! Di akhir 80-an, koleksi buku gue boleh dibilang lumayan banyak. Gue punya semua buku Lima Sekawan dari tulisan Enid Blyton sampe udah berilustrasi dan basi ceritanya. Juga seri-seri yang lain, gue punya lengkap.
Nyokap ngebujukin gue untuk ngerelain buku-buku gue jadi modal awal kakek gue bikin perpustakaan mini. “Kalo ada yang hilang, nanti Mama ganti,” nyokap gue janji. Ya, bukan itu kali masalahnya Ma, banyak di antara buku-buku gue itu adalah edisi pertama dalam bahasa Indonesia. Buat kutu buku kayak gue, itu penting karena setiap ada judul baru dari seri koleksi gue, bisa dijamin gue langsung kabur ke toko buku dan beli buku itu. Dan gue udah ngumpulin buku itu sekitar sepuluh tahun lamanya, nggak heran buku gue sampe ratusan jumlahnya. Buku-buku itu terkumpul dari usaha gue untuk nabung uang jajan, peras oom dan tante gue di sana-sini kalo ada acara khusus kayak ulang tahun ato Lebaran, termasuk nyolong kecil-kecilan kalo nyokap nyuruh gue ke warung beli Rinso dan gue biasanya mendadak amnesia dan ‘lupa’ ngebalikin uang kembalian kalo nggak ditanya *pipi bersemu merah* (Hayo, ngaku, lo juga suka gitu kan:P?)
Dan sekarang, hampir semua buku itu udah hilang kecuali beberapa Agatha Christie, koleksi buku sastra Indonesia dan dunia gue kayak Siti Nurbaya, Belenggu, atau drama-dramanya Shakespeare yang udah diterjemahin Balai Pustaka. Gue cuman bisa nangis berguling-guling di aspal sambil merutuki nasib kalo inget semua buku gue yang udah nggak jelas rimbanya itu. Sebaik-baiknya gue, sesabar-sabarnya gue, kalo gue inget buku-buku gue itu, gue cuma bisa pasrah dan berharap yang terbaik bagi mereka semua *sayap gue tumbuh*.
Ayah emang nggak bisa diam, dia harus selalu bekerja dan nggak bisa diam, tukang keluyuran yang kalo pulang sering disambut omelan almarhumah nenek gue. ”Ayah ko sarupo urang muda keceknyo! Malala se karajonyo!” (“Ayah nih kayak anak muda aja lagaknya! Keluyuran melulu kerjanya!”) *eh, bener kan ya bahasanya, Nelfa;)?*
Dan kalo ibu ngadu ke nyokap buat ngelarang ayah pergi ke sana ke mari, nyokap gue biasanya ngebelain, “biar aja, Bu. Ayah kalo diam aja bisa sakit.”
Ayah emang gitu, nggak bisa diam sementara ibu nggak suka pergi kemana-mana. Bumi dan langit tapi mereka nggak pernah berpisah hingga nenek gue meninggal awal Januari tahun ini. 58 tahun. Setelah gagal buka warung kelontong dan perpustakaan mini, ayah jadi pemasok bahan-bahan makanan buat RSCM (biasa nepotisme secara nyokap gue waktu itu kan Kepala Instalasi Gizinya), trus dia buka meubel kecil-kecilan secara gue tinggal di daerah Klender yang emang terkenal dengan kerajinan meubel kayu, dan sekarang, karena ngikut pindah ke Bonjol sama bokap dan nyokap, dia kepingin jadi TUKANG FOTO KELILING!
Dan Senin kemaren, waktu gue ke rumah kakak gue di Bekasi, kakek gue kembali ngelontarin permintaannya, kali ini dengan nada jengkel. “Ayah bisa nggak sih minta tolong kamu, beliin kamera polaroid.”
“Yah, filmnya mahal dan susah dapetnya. Lagian turis yang datang udah pada bawa kamera sendiri, digital lagi,” jawab gue.
“Terserah,” ayah berkeras. “Ntar ayah ganti uangnya. Kamu tinggal pergi ke kota buat cek harga dan barangnya.”
Ini bukan masalah uang, kali, gumam dalam hati gue, jengkel sama kemauan ayah yang aneh-aneh itu. Umurnya udah hampir 87 tahun getoh lho, tapi masih nggak bisa diam dan selalu ingin sibuk.
Buat ngindarin perdebatan, gue bilang, “iya, nanti Yoyo coba cari tahu.” Dan gue pun kabur menghindari omelan ayah lebih lanjut.
Hari udah jam 10 malam, gue dan adek gue pun pamit pulang sama kakak dan bokap-nyokap yang baru datang dari Padang. Nggak sadar bahwa beberapa jam kemudian kita udah akan berkumpul lagi.
Dalam duka.
***
Selasa pagi, 5 Juli 2005, jam 1 kurang seperempat, gue baru tidur setengah jam ketika hape gue menjerit.
“Yo,” suara Ratna, adek ipar gue. “Ayah koma, masuk RS Ananda.”
“Hah?” gue langsung bangkit dari tempat tidur. “Yoyo ke sana sekarang.”
Gue langsung cuci muka dan sewaktu gue lagi ganti baju hape gue bunyi lagi.
“Yo, ayah udah pergi.”
Gue lemas dan nggak percaya sama pendengaran gue. Ayah udah nggak ada. Kakek gue yang enerjik itu udah pergi. Tiga jam yang lalu dia masih baik-baik aja. Gue masih ngobrol dengannya. Sekarang udah dipanggil-Nya.
Ketika gue inget obrolan terakhir gue dengan ayah, gue ngerasa seperti ditampar balok es. Badan gue terasa menggigil. Dan ketika kain kafan satu per satu membungkus tubuhnya yang kurus, air mata gue mengalir mengingat semua obrolan itu. Gue nggak ikut mencium ayah untuk yang terakhir kalinya karena gue nggak bisa menahan air mata gue untuk berhenti. Air mata yang gue tahan sejak pertama kali gue mendengar berita itu.
Gue menangis karena perasaan terakhir yang ayah rasakan kepada gue adalah kemarahan. Gue menangis karena perasaan terakhir yang gue rasakan terhadap ayah adalah kejengkelan. Gue menangis karena tindakan terakhir yang gue lakukan kepada ayah adalah penghindaran. Gue menangis karena kenangan terakhir yang gue berikan kepada ayah adalah ketidakpercayaan gue dan bukan dukungan terhadap semangatnya untuk terus berbuat sesuatu di usianya yang lanjut.
Dan gue pun menangisi keegoisan gue yang enggan direpotkan oleh urusan yang gue anggap nggak penting; menangisi kesombongan gue yang menganggap ayah gue nggak berdaya hanya karena tua; dan menangisi kealpaan gue bahwa usia ayah sudah lanjut dan seharusnya gue selalu berusaha menyenangkan hatinya. Hingga kain kafan itu menutup wajahnya yang seperti terlelap, air mata gue masih belum berhenti mengalir.
Ketika bongkahan tanah menutupi kuburnya, gue hanya bisa memohon:
Ya Allah, biarkan ia mengembara di semua sudut Surga-Mu. Sungai-sungainya yang mengalirkan air susu dan madu, serta istana-istananya yang terbuat dari emas, dan perak sebening kaca. Dan ya Allah, berilah kamera-Mu padanya, agar dapat ia potret semua sudut bukti keagungan-Mu. Kirimkan foto-foto itu dalam tidur agar hamba kembali percaya pada-Mu. Seperti dulu.
Dan sampaikan pada ayah, peluk ciumku untuk ibu, dan sesal maafku yang tak berkesudahan padanya. Kelak bila Engkau beri hamba kesempatan, akan hamba pinta sendiri maaf itu darinya.
Bila saat itu tiba.
Bila Engkau izinkan kami kembali bersama.
Amin.
Thursday, July 07, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aku ikut sedih Yo..
ReplyDeleteKembali lagi mengingatkan kepada kita2 .. bagaimana cara bersikap kepada siapapun, kita ngga tau besok atau kapan.. orang itu pergi. Bisa temen kita, bisa juga orang terdekat yang kita sayang.
Perasaanku juga pernah begitu saat 2 bulan lalu kakekku meninggal. Kapan aku ngobrol dengannya? Ah..
Welcome back dari hiatus nya, Yo.
Inget, yang penting beliau tahu isi hatimu yang paling dalam, itu sudah cukup.
Ikut berduka Yo, kapan sih meninggalnya?
ReplyDeleteMemang ya, kalo ada orang yang dekat kita yang meninggal, yang kita inget cuma kebaikan2 dia dan kesalahan2 kita terhadap dia. Terasa belum cukup membayar segala kebaikan dia pada kita.
ps. Yo... font-nya bisa digedhein dikit nggak? ato direnggangin dikit, biar lebih enak bacanya :)
Innalillahi wainailahi rodjiun ya, Yo. Turut berduka cita dari jauh.
ReplyDeleteBtw, glad to have u back. :)
Turut berduka cita
ReplyDeleteMas Rio,...aku ikut berduka yaaaaa,...semoga amal ibadahnya di terima disisi NYa,.....amin!!
ReplyDeletewah,...seneng bisa baca postingannya mas rio lagi. Jadi ketularan buat blog juga nih mas,.....gara2 baca postingan mas rio pas di kantor yang penuh neraka itu!!!! Tambah sukses ya mas!!!!!!
Rio,ikut berduka cita
ReplyDeletemembaca dua paragraf terakhir *berkaca-kaca*
semoga Allah SWT ridho dan mendengar doamu
Bang,I'm so sorry for your lost. Semoga kakek abang dapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT.AMin..
ReplyDeleteTabah ya bang..
Mas Rio, bersyukur bahwa kita masih diberi hati untuk menangis, bahwa ternyata kita masih mampu menyesal dan memohon maaf, sebagai cambuk agar kita tidak menyia-nyiakan waktu di depan kita, untuk selalu melakukan yang terbaik, dalam cinta, karir, persahabatan, dalam hidup... Ikut berduka ya...
ReplyDeleteinalilahi wa inalilahi rojiun. smoga arwah kakeknya oom rio di terima di tmpt yg paling tinggi di sisi Allah SWT. aminnn...
ReplyDeleteAlice & Neil Turut berduka cita yg sedalam2nya yah oom.
Turut berdukacita ya Yo. Karena inikah kamu kemarin lama gak muncul?
ReplyDeleteAnyway, semoga kalian sekeluarga diberi ketabahan. Inget2 aja, Ayah malah lebih seneng sekarang kan.. di tempat tanpa rasa sakit dan sedih :)
gue bisa ngebayangin perasaan elo...
ReplyDeletenenek gue juga umur 80 tahun tanggal 21 July ini, dan salah satu alasan gue pengen pulang ke Bandung pas hari Ulangtahunnya adalah karena gue gak mau menyesal kalau suatu saat dia harus pergi, gue masih sempet ketemu dan memeluknya..
aduh Yo..gue gak sanggup nerusin..
kali ini posting loe too close ke perasaan gue..gue jadi lemes :(
Selamat Jalan Ayah...Have fun taking picture of the heaven, and don't send it just to Rio..I need that too..
PS.Saya yakin kalau saja Ayah lahir di generasi kami, pasti ayah sudah bikin website fotografi seperti fotografer.net :)
Let's cherish his wonderful life, Rio :)
Gue bener bener speechless ...
ReplyDeleteGue ikut berduka cita, I am sorry to hear that.
Memang kita ngak pernah tahu kapan orang orang yang kita cintai itu akan pergi. Gue sayang dan deket banget dengan nenek gue ... terus waktu terakhir terakhir, gue sibuk dan jarang telepon nenek gue di Bandung dan jarang kesana juga. Tiba tiba dia sakit dan dia pergi. Gue bener bener menyesal kenapa gue ngak sempat ngomong dan visit dia kesana cuma karena excuses bodoh gue. Manfaatkan lah waktu yang ada untuk ngobrol dan ketemu orang orang yang kamu cintai ... loe ngak pernah tau, loe masih punya waktu atau ngak.
Bisa dimengerti kalo dari sisi loe, loe ngerasa ada penyesalan yang mendalam.
ReplyDeleteTapi kalo coba dilihat2 dari sisi dia, apalah artinya gak jadi memiliki kamera polaroid? I mean, dia sudah melakukan tugasnya (i.e: menjalani hidup sebagai hamba Tuhan) dengan baik, dan yang mmeberikan tugas tentu akan memberikan penghargaan yang sepatutnya. Sebuah kemenangan yang mutlak, bo. Saat ini, jangankan sebuah kamera, dunia dan seluruh isinya udah gak ada apa-apanya dibandingkan dengan ridho Tuhan yang insya Allah sedang dinikmatinya.
So, not too worry, seandainya beliau bisa melihat loe sekarang, tentunya dia melihat loe dengan kasih sayang.
Suka ngiri yah, ngeliat hamba-hamba yang pulang dengan berbahagia..
Golda, makasih ya. Sayangnya dia nggak tahu isi hatiku karena aku nggak pernah ngomong; dan sayangnya lagi, dari dulu aku tuh pengen ngobrolin soal masa mudanya dan nulis sesuatu tentang itu, tapi selalu aja ditunda. dan sekarang...
ReplyDeleteQ, meninggalnya Selasa pagi beberapa hari yang lalu.
ReplyDeleteAku setuju, itu emang ekspresi penyesalan karena kalo seseorang meninggal kita tahu kita nggak bisa berbuat apa2 lagi dan itu yang kita sesali:(.
Udah bisa kebaca kan sekarang?
Girl in a garden, Zevenov,
ReplyDeletemakasih ya.
SALLY makasih ya.
ReplyDeletehaha... bagus deh kalo dah punya blog, lumayan kan buat tempat curhat. tapi apa linknya? kasih tahu dong.
MBAK RIA, YAYA
ReplyDeleteAmin. Kadang saat duka itu jadi ajang bercermin, sayang bercermin aja sering nggak cukup.
HENDRY
ReplyDeleteKamu bener, kita emang sering harus dibikin 'susah' dulu biar bisa inget.
ALICE
Tengkyu, salam buat Papa Neil-nya ya.
LENJE
Iya, dua hari cuti dari kantor. Tengkyu.
MEL
ReplyDeleteYou do that! Orang setua nenek lo emang nggak bisa ditebak lagi kapan waktunya. I mean, bukan berarti yang muda bisa ditebak, tapi ya you know lah. Jangan sampe nyesel, nggak enak.
Can't wait to see the pictures;). Dan lo bener bo, kakek gue itu kalo lahir generasi sekarang udah pasti jadi internet addict, tukang moto, dan tukang keluyuran. Lihat aja gue:D, contoh nyata gen dia hehe...
MONA
ReplyDeletethat's what we usually do when they are around. making excuses. gue: lah, ayah kan udah tua, ngapain juga sih beli kamera polaroid dan moto2 nggak jelas? kayak kurang kerjaan aja. the problem is, dia emang kurang kerjaan sementara dia nggak biasa diam dan bengong dari muda. and instead of just buy him the camera and let him play with it, i made excuses i deeply regret now:(.
BASKIN
ReplyDeletegue ngerti, tengkyu ya bo. dan gue setuju, ngelihat cara meninggalnya ayah yang gampang, gue cuman bisa wondering, will i be so lucky?
Rio, gue turut berduka cita ya. Tapi itu pasti yg terbaik buat bokap loe.
ReplyDeleteCoba kenang manisnya deh mulai sekarang...
Way
ZIE turut berduka juga ya. kedekatan emang nggak harus karena darah kok.
ReplyDeleteWAY yang meninggal itu kakek gue;), cuman gue manggilnya ayah.
udah, gue sekarang lebih suka inget kenangan lucu tentang dia daripada obrolan malam itu.
Rio, baru smpt baca postingan terakhir kamu...gw speechless and ikut sedih :(. Ikut berduka cita yaa.. semoga amal ibadah Ayah diterima oleh Allah Swt dan diampuni semua dosanya. Tabah & sabar ya Yo'..merinding ngebayangin gmana 3 jam sblmnya kamu msh ngobrol ma beliau. Hampir sama pas gw ditinggal Papa 4 thn lalu; even 10 menit sblm serangan stroke itu merenggutnya, ditengah sesak nafasnya papa msh smpt bilang ke gw "sabar ya nak..". Then gw dibuat shock sampe selamatan 3 harinya gw baru sadar bahwa Papa udah gak ada lagi...Yang penting skrg doa buat Ayah kan Yo'..
ReplyDeleteRio, ikut berduka cita.
ReplyDeleteUdah dapet foto bagusnya?
ikut berduka...jadi inget nenek gue...:( *saya cuma pengujung blog reguler hehe*
ReplyDeleteDear Rio,
ReplyDeletetante ikut berduka cita sedalam dalamnya atas pulangnya Ayah ke Rahmatullah.
Buat tante, yang sudah kepala lima , mama tante yang berumur 80 nanti Juli adalah segalanya. Ingat usianya yang sudah amat sepuh, tante dan saudara2 berusaha untuk menyenangkan hati beliau setiap saat.
Seperti juga AYAH..mama tante juga energetic dan gak bisa diam, maunya berguna untuk semua orang walau disaat2 beliau tidak mampupun ( menurut kaca mata kita ).
Kadang saking sayangnya kita kita tidak mau beliau capek atau berfikir terlalu berat. Tapi orang tua dulu terbuat dari baja. Mereka kuat dan mereka ternyata mampu. Lebih dari yang apa kita fikirkan.
Semoga AYAH diterima amal ibadahnya, diampuni dosa2 nya dan ditempatkan di tempat yang layak disisi ALLAH. Amiiin.
Mamanya Mel.
yo... gw juga turut berbela sungkawa...
ReplyDeleteturut berbela sungkawa...
ReplyDeleteIkut berduka cita...
ReplyDeleteYo,
ReplyDeleteinnalillahi wa inna ilahi rajiun. moga-moga almarhum ayah diterima di sisi-Nya, dan yang ditinggalin tetep tabah tawakal, amin.
tetep berdoa terus ya bo, and whatever happened in the past, keep remembering that it did happen, there's nothing we can do about it. and it's kinda glad to see kalo ayah elo adalah orang yang lived his life to its fullest, ga kebayang kalo dia tetep enerjik di usia segitu ...
ttg unfulfilled wish, take it as part of memory, something that you always remember him by, among other things.
jadi inget kalo almarhumah nenek gue dulu sebelom meninggal, dia ngungkapin keberatan gue tinggal jauh dari ortu. gue diem aja, dan sampe sekarang masih belum bisa ngelaksanain itu, but then, that doesn't deter us from saying a prayer to our beloved ones.
Yo gue turut berduka cita ya
ReplyDeleteeniwei cerita elo mengingatkan gue sama oma tercinta gue ...hiks...hiks bo gue jadi sedih nih
Turut berduka cita yaa, Yo .. semoga amal ibadah almarhum diterima disisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dalam melanjutkan langkah kehidupannya.
ReplyDeleteThe prayer that you wrote, it's the best one I ever read :)
-dimas hary-
sorry to hear your lost! Doa dari anak(cucu?) sholeh insya allah dapat melapangkan kuburnya.
ReplyDeleteSpeaking about your grandpa's library reminds me sometime ago I did have something like that!Bedanya "dikelola" sama teman2x sekomplek, dan perpus-nya di rumah salah satu teman. Saking semangatnya hampir semua buku2x (yep, Malory towers, lima sekawan,trio detektif,pipi Long stocking, mostly buku2xnya Enyd Bylton,komik2x NIna, Cergamnya Deni Manusia Ikan) dengan sukarela ditaro disana...lenyap tak berbekas...padahal teman itu masih tinggal disitu juga, dia juga udah ngga tau lagi...:((
Rio,...aku turut berduka cita ya!
ReplyDeleteAPEY turut berduka juga ya. Gue nggak kebayang kalo bokap gue. Harapan gue cuman kalo saat itu datang, gue nggak punya penyesalan.
ReplyDeleteMIRAY, ATHIA, GOIQ, PRAS, KANG EBET, NIA
ReplyDeletetengkyu ya.
TANTE
ReplyDeleteMakasih ya. Emang bener, maksudku juga baik, ayah yang udah tua gitu mbok ngejalanin hidup yang lebih santai, dia kan nggak perlu nyari uang lagi. Tapi aku lupa, bahwa buat orang kayak dia, nggak bekerja dan melakukan sesuatu itu malah bikin dia sakit. Dan sedihnya, aku juga nggak bisa diam kayak dia. Gimana nanti kalo aku tua dan diperlakukan begitu? Pasti aku bakal marah dan sedih.
Mudah-mudahan Tante dan Mel masih diberi waktu panjang untuk nyenangin mama/nenek. Amin.
VAL tq, that's how i always remember my grandfather by, his energy to live to the fullest.
ReplyDeleteso, when r u gonna fulfill your granny's whish;)?
KIKY
ReplyDeletetengkyu. dan turut berduka soal buku2 lo:D. emang jangan nekad bikin perpustakaan deh intinya. bakalan rugi jadinya:(. gue sekarang lagi cari sapa yang minjem harry potter 3 gue.
Alow Om Rio, welcome back ya..turut berduka cita atas meninggalnya Kakek Om Rio, semoga Allah menerima semua amal beliau dan memberinya tempat yang layak di sisi-Nya.
ReplyDeleteKok emailnya belum dibalas Om?
ZUBIA'S MOMMY
ReplyDeletemakasih ya... amin.
aduh kelupaan ya? udah baca sih cuman karena ngebalesnya ditunda sementara kantor udah siap2 pindah, gak punya akses internet, pas minggu lalu beres lagi, udah ketutupan imel2 baru yang masuk. nanti aku bales.
Turut berduka cita ya Rio...semoga almarhum diterima di sisiNYa
ReplyDeleteDeepest condolences. May he sleep in eternal peace and be given the most comfortable place in his new world.
ReplyDeleteGua ikut berduka atas pulangnya bokap loe ya Yo....
ReplyDeletePercayalah beliau sudah berada di tempat yang lebih baik :) PASTI!
tis a sweet piece that u wrote there.... I'm sure both of them are very proud of you.....
Juz count ur blessing that u got a chance to know them, even if its only in our short earthly term :)
Baek2 ya buddy.....
best regards, nice info Birch craft wedding invitations Latin counting 1-100 Transexuals pics pg-13 mesotherapy side effects http://www.pissing3.info/Hentai-shemales.html Bdsm maid peugeot 504 for sale Asian stripper
ReplyDelete